Kata Serapan
1 Pengertian Kata Serapan
Kata serapan adalah kata yang diserap dari berbagai bahasa lain, baik dari
bahasa daerah maupun dari bahasa asing, yang di gunakan dalam bahasa Indonesia
yang cara penulisannya mengalami perubahan ataupun tidak mengalami perubahan. Setiap
masyarakat bahasa memiliki cara yang digunakan untuk mengungkapkan gagasan dan
perasaan atau untuk menyebutkan atau mengacu ke benda-benda di sekitarnya.
Hingga pada suatu titik waktu, kata-kata yang dihasilkan melalui kesepakatan
masyarakat itu sendiri umumnya mencukupi keperluan itu, namun manakala terjadi
hubungan dengan masyarakat bahasa lain, sangat mungkin muncul gagasan, konsep, atau
barang baru yang datang dari luar budaya masyarakat itu. Dengan sendirinya juga
diperlukan kata baru. Salah satu cara memenuhi keperluan itu yang sering
dianggap lebih mudah adalah mengambil kata yang digunakan oleh masyarakat luar
yang menjadi asal hal ihwal baru itu.
Soal kata serapan dalam bahasa atau lebih tepatnya antar bahasa adalah
merupakan suatu hal yang lumrah. Setiap kali ada kontak bahasa lewat pemakainya
pasti akan terjadi serap menyerap kata. Unit bahasa dan struktur bahasa itu ada
yang bersifat tertutup dan terbuka bagi pengaruh bahasa lain. Tertutup berarti
sulit menerima pengaruh, terbuka berarti mudah menerima pengaruh.
Bunyi bahasa dan kosa kata pada umumnya merupakan unsur bahasa yang
bersifat terbuka, dengan sendirinya dalam kontak bahasa akan terjadi saling
pengaruh, saling meminjam atau menyerap unsur asing. Peminjaman ini dilatar
belakangi oleh berbagai hal antara lain kebutuhan, prestise, kurang faham
terhadap bahasa sendiri atau berbagai latar belakang yang lain.
Tidak ada dua bahasa yang sama persis apalagi bahasa yang berlainan rumpun.
Dalam proses penyerapan dari bahasa pemberi pengaruh kepada bahasa penerima
pengaruh akan terjadi perubahan-perubahan. Ada proses penyerapan yang terjadi
secara utuh, ada proses penyerapan yang terjadi dengan beberapa penyesuaian
baik yang terjadi dalam bahasa lisan maupun bahasa tulis. Dalam penyesuaian itu
akan terjadi, pergeseran baik dalam ucapan maupun ejaan antar bahasa pemberi
dan penerima pengaruh maupun pergeseran sistematis.
Bahasa Indonesia dari awal pertumbuhannya sampai sekarang telah banyak
menyerap unsur-unsur asing baik bahasa asing ataupun hbahasa daerah terutama
dalam hal kosa kata. Pertumbuhan ini disesuaikan dengan perkembangan zaman dan
budaya masyarakat.
Proses penyerapan itu dapat dipertimbangkan jika salah satu syarat dibawah
ini terpenuhi, yaitu:
a.
Istilah
serapan yang dipilih cocok konotasinya;
b.
Istilah yang
dipilih lebih singkat dibandingkan dengan terjemahan Indonesianya; dan
c.
Istilah
serapan yang dipilih dapat mempermudah tercapainya kesepakatan jika istilah
Indonesia terlalu banyak sinonimya.
Secara umum kata serapan tersebut masuk ke dalam bahasa Indonesia dengan 4
cara, yaitu:
a.
Adopsi.
Terjadi apabila pemakai bahasa mengambil bentuk dan makna kata asing itu secara
keseluruhan.
b.
Adaptasi.
Terjadi apabila pemakai bahasa hanya mengambil makna kata asing itu, sedangkan
ejaan atau penulisannya disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia.
c.
Penerjemahan.
Terjadi apabila pemakai bahasa mengambil konsep yang terkandung dalam bahasa
asing itu, kemudian kata tersebut dicari padanannya dalam Bahasa Indonesia
d.
Kreasi.
Terjadi apabila pemakai bahasa hanya mengambil konsep dasar yang ada dalam
bahasa Indonesia. Cara ini mirip dengan cara penerjemahan, akan tetapi memiliki
perbedaan. Cara kreasi tidak menuntut bentuk fisik yang mirip seperti
penerjemahan.
Boleh saja kata yang ada dalam bahasa aslinya ditulis dalam 2 atau 3 kata, sedangkan bahasa Indonesianya hanya satu kata saja.
Boleh saja kata yang ada dalam bahasa aslinya ditulis dalam 2 atau 3 kata, sedangkan bahasa Indonesianya hanya satu kata saja.
Contoh dan Daftar Kata Serapan Bahasa Indonesia
Beserta Pengertiannya Lengkap - Kata serapan kata pungutan adalah kata-kata
yang berasal dari bahasa negara lain yang telah dijadikan sebagai kosa kata
dalam Bahasa Indonesia karena telah terintegerasi dan sudah diterima oleh
masyarakat Indonesia. Kata serapan berfungsi untuk memperkaya ragam bahasa dan
juga berguna untuk menambah wawasan seseorang tentang kosa kata bahasa asing.
Dalam Bahasa Indonesia sendiri kata serapan berasal dari
berbagai bahasa asing di dunia seperti Bahasa Inggris, Bahasa Belanda, Bahasa
Arab, Bahasa Portugis, Bahasa Melayu, dan lain-lain. Oleh karena itu mari kita
bahas selengkapnya tentang materi kata serapan ini.
Proses Serapan Kata
Penyerapan kata pada dasarnya melalui beberapa proses hingga
akhirnya dapat menjadi kosa kata sempurna menurut kaidah suatu bahasa. Adapun
proses masuknya atau terserapnya bahasa asing terbagi menjadi 3 langkah
berurutan yaituadopsi, adaptasi dan pungutan. Simak penjelasannya berikut ini:
1. Adopsi
Adopsi adalah proses terserapnya kosa kata bahasa asing yang
diambil oleh pemakai karena memiliki makna yang sama namun tanpa merubah cara
penulisan, pengucapan atau dengan kata lain kata yang diambil sama persis
dengan bentuk aslinya.
Contoh: Laptop, snack, hotdog, dan sebagainya.
2. Adaptasi
Adaptasi adalah proses serapan bahasa asing yang digunakan
pemakai karena memiliki makna yang sama dengan bahasa indonesia namun kata
serapan tersebut telah dirubah aturan dan kaidah penulisannya sesuai bahasa
yang menyerap.
Contoh:
- Communication = komunikasi
- Guitar = gitar
- Glass = gelas
- Optimize = optimal
- Jacket = Jaket
- Position = Posisi
3. Pungutan
Pungutan yaitu proses masuknya bahasa asing ke dalam bahasa
Indonesia yang terjadi karena pemakai bahasa mengambil konsep yang ada pada
bahasa sumber, lalu kata serapan tersebut, padanan katanya dicairkan menurut
bahasa indonesia. Proses ini juga dapat disebut dengan proses penerjemahan
karena dalam penggunaannya bahasa yang diserap memiliki makna asli dari bahasa
asalnya.
Contoh:
- Schedule = Jadwal
- Background = Latar belakang
- Problem = Masalah/kendala
Macam-Macam Kata Serapan
Ada banyak sekali bahasa serapan yang telah diserap menjadi
bahasa indonesia. Hal tersebut dikarenakan berbagai hal seperti misalnya negara
yang memiliki bahasa tersebut merupakan negara yang cukup berpengaruh bagi
negara penyerap bahasa sehingga bahasa akan dengan mudah diserap dan diterima.
Adapun bahasa yang paling umum diserap dalam bahasa Indonesia antara lain
seperti Bahasa Inggris, Bahasa Arab, Bahasa Belanda, Bahasa Jawa, dan bahasa
lainnya. Simak penjelasannya berikut ini.
1. Bahasa Inggris
Bahasa inggris merupakan bahasa yang sudah sejak lama
ditetapkan sebagai bahasa internasional atau bahasa penghubung berbagai bahasa
di dunia agar mempermudah tersampainya komunikasi. Oleh karena itulah bahasa
inggris sangat dengan mudah diserap kedalam bahasa Indonesia. Berikut adalah
contoh kata serapan bahasa Inggris ke bahasa Indonesia.
Access = Akses
Aquarium = Akuarium
Account = Akun
Activist = Aktivis
Aerobic = Aerobik
Agribusiness = Agribisnis
Agronomy= Agronomi
Artist = Artis
Accessory = Aksesoris
Association = Asosiasi
Bomb = Bom
Bus = Bis
Ballpoint = Bolpen
Business = Bisnis
Balloon = Balon
Bandit = Bandit
Book = Buku
Calculator = Kalkulator
Calender = Kalender
Cartoon = kartun
Circuit = Sirkuit
Cellular = Seluler
Computer = Komputer
Coin = Koin
Compress = Kompres
Coffee = Kopi
Collection = Koleksi
Community = Komunitas
Cowboy = Koboy
Copy = Salin
Course = Kursus
Conglomerate = Konglomerat
Conducive = Kondusif
Detail = detail
Department = Departemen
Data = Data
Dictator = Diktator
Design = Desain
Dollar = Dolar
Discount = Diskon
Domestic = Domestik
Director = Direktur
Disinfectant = Disinfektan
Dimension = Dimensi
Director = Direktur
Ecosystem = Ekosistem
Edition = Edisi
Efficiency = Efisiensi
Ecology = Ekologi
Education = Edukasi
Embryo = Embrio
Enzyme = Enzim
Erosion = Erosi
Evaluation = Evaluasi
Export = Ekspor
Expose = Ekspos
Erotic = Erotis
Essay = Esai
Estimation = Estimasi
Fact = Fakta
Federation = Federasi
Fermentation = Fermentasi
Focus = Fokus
Finish = Finis
Freeman = Preman
Genetic = Genetik
Glamour = Glamor
Gossip = Gosip
Guitar = Gitar
Group = Grup
Glass = Gelas
2. Bahasa Belanda
Belanda merupakan bangsa yang menjajah bangsa indonesia
selama lebih dari 3,5 abad. Hal ini tentunya sangat mempengaruhi bahasa yang
ada di Indonesia untuk menyerap bahasa belanda. Oleh karena itu wajar saja jika
bahasa Belanda sangat banyak terdapat di dalam bahasa Indonesia. Simak kata
serapan bahasa belanda berikut ini.
absen = absent
absensi = absentie
afdruk = afdruk
Agustus = augustus
akademi = academie
aki [mobil] = accu
aklamasi = acclamatie
aksen = accent
aksi = actie
aktuil = actueel
akuntan = accountant
akur = akkoord
akurat = accuraat
album = album
alias = alias
alinea = alinea
alpukat = avocaat
altar = altaar
bakteri = bacterie
balada = ballade
balkon = balkon
ban = band
banderol = banderol
bank = bank
bandit = bandiet
basis = basis
batalyon = bataljon
batere = batterij
baut = bout
beha = beha
beken = bekend
bel = bel
belasting = belasting
dak = dak
dansa = dansen
dam = dam
dasi = das
dek = dek
dekan = decaan
delegasi = delegatie
demarkasi = demarcatie
demisioner = demissionair
demokrasi = demokratie
deponir = deponeren
deportasi = deportatie
depot = depot
egois = egoistisch
ekonom = econoom
eksemplar = exemplaar
eksim = eczeem
eksklusif = exclusief
ekstrem = extreem
elementer = elementair
email = email
embargo = embargo
emosionil = emotioneel
entusias = enthousiast
epilepsi = epilepsie
3. Bahasa Jawa Kuno atau Sansekerta
Bahasa jawa kuno atau bahasa sansekerta merupakan bahasa
yang sangat dipegang oleh masyarakat jawa bahkan hingga saat ini. Sejak zaman
dahulu penggunaan bahasa jawa memang sudah digunakan di Indonesia terutama oleh
masyarakat jawa. Ditambah lagi pusat pemerintahan Indonesia terletak di pulau
jawa sehingga mau tak mau penggunaan bahasa jawa secara perlahan masuk kedalam
bahasa Indonesia sehingga sering kita temukan pada bahasa Indonesia terdapat
kosa kata yang merupakan bahasa jawa. Lihat contohnya di bawah ini.
adicita = ādicitta
adikara = adhikara
adipati = ādipati = raja agung
adiraja = ādirāja = raja utama
Aditya = Āditya = Dewa Matahari
agama = āgama = din; tradisi suci
aji = mantra
aja = hanya
aksara = akṣara = huruf
aksi = akṣi = mata, sesuatu yang dilihat
angkara = ahaṅkāra = murka
angkasa = ākāśa = langit
angsa = haṃśa = sowang
angsoka = aśoka = sejenis pohon
aniaya = anyāya = siksa
bagian = bhāgya
bahagian = bhāgya
bahagia = bhāgya = sukacita
bahasa = bhāṣa
bahaya = bhaya
bangsi = vaṃśi = peluit
bareksa = vṛkṣa = pohon
basmi = dari frasa bhasmī bhūta = musnah
Batara = bhaṭāra = Dewa
Batari = bhaṭārī = Dewi
bausastra = bahuśāstra = kamus
4. Bahasa Arab
Kita semua tahu bahwa bahasa arab merupakan bahasa yang
menurut umat islam percayai adalah bahasa yang digunakan untuk beribadah. Islam
di Indonesia merupakan agama mayoritas oleh karena itu tak heran jika bahasa
arab banyak yang terserap kedalam bahasa Indonesia. Selain itu, dahulu bangsa
arab juga merupakan bangsa pedagang yang suka berlayar dan banyak yang
menyandarkan kapal-kapalnya di Indonesia untuk berdagang untuk waktu yang lama.
LIhat contoh kata serapan bahasa Arab di bawah ini.
abad = abad
abadi = abadī
ab'ad = ab`āḍ
abawi = abawī
abdi = `abd
abdul = abdu'l
bab = bāb
Babil = Bābil
Babussalam = Bābu'ssalām
bada = ba`da
badahu = ba`dahu
badal = badal
badan = badan
badani = badanī
badar = badr
dabus = dabbūs
daerah = dā'ira
daftar
dahiat = dāhiya
dahri = dahrī
dahriah = dahrīya
dahsyat = dahsha
daif = ḍa`īf
daim = dā'im
dain = dain
Dajal = dajjāl
dakah = dakka
dakhil = dākhil
dakik = daqīq
2. Pengertian dan Fungsi Bahasa
Daerah
Dalam rumusan Seminar Politik Bahasa (2003) disebutkan bahwa
bahasa daerah adalah bahasa yang dipakai sebagai bahasa perhubungan intradaerah
atau intramasyarakat di samping bahasa Indonesia dan yang dipakai sebagai sarana
pendukung sastra serta budaya daerah atau masyarakat etnik di wilayah Republik
Indonesia. Bahasa Indonesia, bahasa rumpun Melayu, dan bahasa asing tidak masuk
dalam kategori bahasa daerah.
Kemudian, dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 40
Tahun 2007, juga dijelaskan mengenai batasan bahasa daerah, yaitu bahasa yang
digunakan sebagai sarana komunikasi dan interaksi antaranggota masyarakat dari
suku atau kelompok etnis di daerah dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Batasan yang kedua, dibandingkan dengan batasan pertama, sama-sama
melihat bahasa daerah dari sudut pandang fungsi dan area pemakaian bahasa. Akan
tetapi, batasan kedua lebih jelas dalam menunjukkan hal penutur bahasa daerah,
yakni suku atau kelompok etnis. Meskipun demikian, kedua batasan tersebut
tampaknya masih dirasa kurang lengkap. Batasan tersebut tidak menyebutkan
secara jelas asal-usul bahasa dan penuturnya.
Oleh karena itu, batasan bahasa daerah itu disempurnakan
lagi dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan
Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Dalam undang-undang tersebut dinyatakan
bahwa bahasa daerah adalah bahasa yang digunakan secara turun-temurun oleh
warga negara Indonesia di daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Bahasa daerah setidaknya memiliki lima fungsi, yaitu
sebagai:
a. Lambang kebanggaan daerah;
b. Lambang identitas daerah;
c. Alat perhubungan di dalam keluarga
dan masyarakat daerah;
d. Sarana pendukung budaya daerah dan
bahasa Indonesia; dan
e. Pendukung sastra daerah dan sastra
Indonesia.
Sementara itu, dalam hubungannya dengan fungsi bahasa
Indonesia, bahasa daerah berfungsi sebagai:
a. Pendukung bahasa Indonesia;
b. Bahasa pengantar di tingkat
permulaan sekolah dasar di daerah tertentu untuk memperlancar pengajaran
bahasa Indonesia dan/atau pelajaran lain; dan
c. Sumber kebahasaan untuk memperkaya
bahasa Indonesia. Selain itu, dalam situasi tertentu bahasa daerah dapat
menjadi pelengkap bahasa Indonesia dalam penyelenggaraan pemerintah di tingkat
daerah.
3. Kontribusi Kosakata Bahasa Daerah dalam Bahasa Indonesia
Ada beberapa cara untuk mengetahui seberapa besar kontribusi
kosakata bahasa daerah dalam bahasa Indonesia. Salah satunya adalah dengan
melihat keberadaan kosakata bahasa daerah di dalam kamus. Kamus, selain menjadi
sumber rujukan dalam memahami makna kata suatu bahasa, juga merupakan rekaman
tertulis penggunaan bahasa yang (pernah) digunakan oleh masyarakat penggunanya.
KBBI merupakan salah satu kamus komprehensif yang merekam penggunan
kata, termasuk di dalamnya kosakata bahasa daerah yang telah diserap ke dalam
bahasa Indonesia. KBBI disusun berdasarkan kamus bahasa Indonesia yang
telah ada sebelumnya, seperti Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerwadarminta,
1985), Kamus Indonesia (Harahap, 1951), dan Kamus Modern Bahasa
Indonesia (Zain, t.t.).
KBBI Pusat Bahasa Edisi Keempat (2008) memuat kurang lebih 70 bahasa
daerah yang telah dianggap sebagai warga bahasa Indonesia. Selain bahasa
daerah, KBBI juga memuat dialek Melayu, seperti Melayu Jakarta, Melayu
Jambi, dan Melayu Medan, serta memuat bahasa asing, seperti bahasa Arab, bahasa
Belanda, dan bahasa Cina.
Kosakata dari bahasa daerah tersebut dapat diidentifikasi
dengan dua cara, yaitu (1) melihat label yang ditulis antara lema dan kelas
kata dan (2) melihat informasi asal bahasa yang ada di dalam definisi.
Berdasarkan penghitungan dengan hanya memperhatikan label penggunaan bahasa
daerah, diketahui bahwa kosakata serapan bahasa daerah berjumlah 3.592 entri.
Jika dilihat dari jumlah entri yang terdapat dalam KBBI Edisi Keempat
(2008) yang memuat 90.049 entri, bahasa daerah ternyata hanya memberikan
kontribusi sebesar lebih kurang 3,99% dalam kosakata bahasa Indonesia. Jumlah
tersebut sungguh sangat kecil. Oleh karena itu, pernyataan yang menyebutkan
bahwa bahasa daerah adalah pilar utama dan penyumbang terbesar kosakata bahasa
negara, seperti yang tersurat dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 40
Tahun 2007, perlu dipertimbangkan kembali. Berikut ini adalah tabel lengkap
bahasa daerah dan jumlah kosakata yang disumbang.
No
|
Bahasa
|
Jumlah Kosakata
|
Persentase
|
Provinsi
|
1
|
Jawa
|
1109
|
30,87%
|
Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY
|
2
|
Minangkabau
|
929
|
25,86%
|
Sumatera Barat
|
3
|
Sunda
|
223
|
6,21%
|
Jawa Barat
|
4
|
Madura
|
221
|
6,15%
|
Jawa Timur
|
5
|
Bali
|
153
|
4,26%
|
Bali
|
6
|
Aceh
|
112
|
3,12%
|
Aceh
|
7
|
Banjar
|
100
|
2,78%
|
Kalimantai Timur
|
8
|
Muna
|
63
|
1,75%
|
Sulawesi Tenggara
|
9
|
Using
|
46
|
1,28%
|
Jawa Timur
|
10
|
Gayo
|
45
|
1,25%
|
Aceh
|
11
|
Tolaki
|
42
|
1,17%
|
Sulawesi Tenggara
|
12
|
Wolio
|
36
|
1,00%
|
Sulawesi Tenggara
|
13
|
Muyu
|
33
|
0,92%
|
Papua
|
14
|
Batak
|
32
|
0,89%
|
Sumatera Utara
|
15
|
Alas
|
30
|
0,84%
|
Aceh
|
16
|
Kaili
|
30
|
0,84%
|
Sulawesi Tengah
|
17
|
Bugis
|
24
|
0,67%
|
Sulawesi Selatan
|
18
|
Dayak
|
20
|
0,56%
|
Kalimantan Tengah
|
19
|
Sangir/Sangihe
|
19
|
0,53%
|
Sulawesi Utara
|
20
|
Sasak
|
18
|
0,50%
|
NTB
|
21
|
Lampung
|
17
|
0,47%
|
Lampung
|
22
|
Benuaq
|
16
|
0,45%
|
Kalimantan Timur
|
23
|
Makassar
|
15
|
0,42%
|
Sulawesi Selatan
|
24
|
Berik
|
14
|
0,39%
|
Papua
|
25
|
Jayawijaya
|
13
|
0,36%
|
Papua
|
26
|
Sumbawa
|
13
|
0,36%
|
NTB
|
27
|
Papua
|
12
|
0,33%
|
Papua
|
28
|
Putuk
|
12
|
0,33%
|
Kalimantan Timur
|
29
|
Dani
|
11
|
0,31%
|
Papua
|
30
|
Pulo/Wakatobi
|
11
|
0,31%
|
Sulawesi Tenggara
|
31
|
Minahasa
|
10
|
0,28%
|
Papua
|
32
|
Mandar
|
10
|
0,28%
|
Sulawesi Selatan
|
33
|
Tombulu
|
10
|
0,28%
|
Sulawesi Utara
|
34
|
Minahasa Tonsea
|
10
|
0,28%
|
Sulawesi Utara
|
35
|
Abrab
|
9
|
0,25%
|
Papua
|
36
|
Sentani
|
8
|
0,2%
|
Papua
|
37
|
Toulour
|
8
|
0,22%
|
Sulawesi Utara
|
38
|
Toraja
|
7
|
0,19%
|
Sulawesi Selatan
|
39
|
Bugis-Makassar
|
6
|
0,17%
|
Sulawesi Selatan
|
40
|
Bima
|
6
|
0,17%
|
NTB
|
41
|
Kapuas Hulu
|
6
|
0,17%
|
Kalimantan Barat
|
42
|
Kamoro
|
6
|
0,17%
|
Papua
|
43
|
Talaud
|
6
|
0,17%
|
Sulawesi Utara
|
44
|
Waropen
|
6
|
0,17%
|
Papua
|
45
|
Biak
|
5
|
0,14%
|
Papua
|
46
|
Ekagi
|
5
|
0,14%
|
Papua
|
47
|
Fakfak
|
5
|
0,14%
|
Papua
|
48
|
Kulawi
|
5
|
0,14%
|
Sulawesi Tengah
|
49
|
Massenrempulu
|
5
|
0,14%
|
Sulawesi Selatan
|
50
|
Sorong
|
5
|
0,14%
|
Papua
|
51
|
Asmat
|
4
|
0,11%
|
Papua
|
52
|
Wamena
|
4
|
0,11%
|
Papua
|
53
|
Aji
|
3
|
0,08%
|
Sumatera Selatan
|
54
|
Basemah
|
3
|
0,08%
|
Sumatera Selatan
|
55
|
Mimika
|
3
|
0,08%
|
Papua
|
56
|
Sekayu
|
3
|
0,08%
|
Sumatera Selatan
|
57
|
Pegunungan Tengah
|
2
|
0,06%
|
Papua
|
58
|
Awyu
|
1
|
0,03%
|
Papua
|
59
|
Baliem
|
1
|
0,03%
|
Papua
|
60
|
Bauzi
|
1
|
0,03%
|
Papua
|
61
|
Damal/Amungkal
|
1
|
0,03%
|
Papua
|
62
|
Jayapura
|
1
|
0,03%
|
Papua
|
63
|
Kimaam
|
1
|
0,03%
|
Papua
|
64
|
Kaureh
|
1
|
0,03%
|
Papua
|
65
|
Lengkayap
|
1
|
0,03%
|
Sumatera Selatan
|
66
|
Bian Marind Deg
|
1
|
0,03%
|
Papua
|
67
|
Ormu
|
1
|
0,03%
|
Papua
|
68
|
Petapa
|
1
|
0,03%
|
Sulawesi Tengah
|
69
|
Rampi
|
1
|
0,03%
|
Sulawesi Tengah
|
70
|
Wandamen
|
1
|
0,03%
|
Papua
|
Total
|
3592
|
Dari tabel
di atas, bahasa Jawa menempati urutan teratas dalam kontribusinya terhadap
pengembangan kosakata bahasa Indonesia, yakni sebesar 30,54 %. Berturut-turut
disusul oleh bahasa Minangkabau (25,59%), Sunda (6,14%), Madura (6,09%), Bali
(4,21%), Aceh (3,08%), dan Banjar (2,75%). Sementara itu, di urutan bawah
umumnya ditempati oleh bahasa di sebelah timur Indonesia, terutama wilayah
Papua. Dari fakta tersebut, terlihat bahwa bahasa yang secara geografis
terletak di wilayah barat Indonesia lebih banyak memberikan kontribusi kosakata
daripada bahasa di wilayah timur meskipun dari segi jumlah bahasa, di wilayah
timur lebih banyak daripada di wilayah barat.
Berdasarkan
jumlah penuturnya, terdapat 13 bahasa daerah yang penuturnya di atas satu juta
orang, yaitu bahasa Jawa (75.200.000), Sunda (27.000.000), Melayu (20.000.000),
Madura (13.694.000), Minang (6.500.000), Batak (5.150.000), Bugis (4.000.000),
Bali (3.800.000), Aceh (3.000.000), Sasak (2.100.000), Makassar (1.600.000),
Lampung (1.500.000), dan Rejang (1.000.000) (Lauder dan Lauder, 2012). Besarnya
jumlah penutur ternyata berkorelasi dengan jumlah kosakata bahasa daerah yang
diserap ke dalam bahasa Indonesia. Makin besar jumlah penuturnya, makin besar
kecenderungan kosakata yang diserap. Selain itu, proses penyerapan kosakata di
dalam sejarah bahasa Melayu/Indonesia sudah lama berjalan. Jadi, tidaklah
mengherankan jika bahasa serumpun yang jumlah penuturnya tergolong besar
menjadi penyumbang utama dalam kosakata bahasa Indonesia. Namun, hal itu tidak
berlaku pada bahasa Minang karena meskipun dalam hal jumlah penutur berada di
peringkat kelima, ternyata bahasa Minang merupakan penyumbang kedua terbesar di
atas bahasa Sunda dan bahasa Madura yang memiliki jumlah penutur yang lebih
besar. Hal itu tampaknya karena dukungan tradisi sastra Indonesia yang dahulu
didominasi oleh sastrawan asal Minangkabau.
Selain jumlah penutur, ada beberapa
faktor lain yang memengaruhi banyak atau sedikitnya kosakata bahasa daerah
diserap ke dalam bahasa Indonesia, khususnya ke dalam KBBI, yaitu
- kekerapan penggunaan kosakata bahasa daerah oleh wartawan di media massa,
- kekerapan penggunaan kosakata bahasa daerah oleh penulis atau sastrawan dalam karangannya,
- kekerapan penggunaan kosakata bahasa daerah oleh tokoh publik, dan
- ketersediaan konsep baru pada kosakata bahasa daerah yang tidak dimiliki oleh bahasa Indonesia.
Bahasa
Melayu dengan berbagai dialeknya dalam KBBI tidak dianggap sebagai
bahasa daerah karena bahasa Melayu mendasari bahasa Indonesia dan telah dipakai
sebagai lingua franca selama berabad-abad di seluruh kawasan Indonesia.
Sumbangan dialek bahasa Melayu dalam kosakata bahasa Indonesia di dalam KBBI
(2008), dengan melihat label yang ditulis antara lema dan kelas kata,
tercatat sebanyak 596 entri, seperti terlihat pada tabel di bawah ini.
No.
|
Dialek
|
Label
|
Jumlah Kosakata
|
Persentase
|
1
|
Melayu
Jakarta
|
Jk
|
454
|
76,17%
|
2
|
Melayu
Jambi
|
Jb
|
44
|
7,38%
|
3
|
Melayu
Palembang
|
Plb
|
28
|
4,70%
|
4
|
Melayu
Medan
|
Md
|
26
|
4,36%
|
5
|
Melayu
Riau
|
Ri
|
25
|
4,19%
|
6
|
Melayu
Kalimantan
|
Klm
|
11
|
1,85%
|
7
|
Melayu
Manado
|
Mnd
|
8
|
1,34%
|
Total
|
596
|
4 Daftar Kosakata Bahasa Daerah yang Diserap ke dalam Bahasa Indonesia
Berikut
ini adalah daftar kosakata bahasa daerah yang diserap ke dalam bahasa Indonesia
yaitu kata-kata atau unsur-unsur bahasa daerah yang digunakan dalam bahasa
Indonesia sehari-hari maupun dalam kamus. Daftar berikut hanya sebagian dari
keseluruhan kosakata tersebut karena untuk mencatatkan keseluruhan kosakata
tersebut membutuhkan penelitian yang lebih lanjut dalam lingkungan sosial.
No
|
Bahasa Daerah
|
Kosakata
|
Makna
|
1
|
Bahasa Jawa
|
Alot
|
Liat
|
Abangan
|
Golongan muslim
|
||
Abdi dalem
|
Pegawai keraton
|
||
Adem
ayem
|
Sejuk tenang
|
||
Ajang
|
*
|
||
Ajek
|
Teratur
|
||
Aji mumpung
|
*
|
||
Aleman
|
Senang dipuji
|
||
Alun-alun
|
*
|
||
Amblas
|
*
|
||
Ambruk
|
*
|
||
Ampuh
|
*
|
||
Anak
|
*
|
||
Ancang-ancang
|
*
|
||
Ancar-ancar
|
Perkiraan
|
||
Andong
|
Kereta kuda
|
||
Anggur
|
*
|
||
Angker
|
*
|
||
Anglo
|
*
|
||
Anjlok
|
*
|
||
Antek
|
*
|
||
Anteng
|
Tenang
|
||
Anu
|
*
|
||
Anyar
|
*
|
||
Apek
|
Bau
|
||
Apes
|
*
|
||
Apik
|
*
|
||
Arisan
|
*
|
||
Arit
|
Sabit; pisau
|
||
Atur
|
*
|
||
Babat
|
*
|
||
Bablas
|
*
|
||
Babut
|
*
|
||
Bahu
|
*
|
||
Baki
|
*
|
||
Bakul
|
*
|
||
Bareng
|
*
|
||
Bejat
|
*
|
||
Belek
|
*
|
||
Besan
|
|||
Bindeng
|
Bersuara sengau
|
||
Bisa
|
*
|
||
Blak-blakan
|
*
|
||
Blangkon
|
*
|
||
Bodong
|
|||
Bong
|
Profesi
|
||
Budek
|
*
|
||
Buduk
|
Penyakit
|
||
Caplok
|
*
|
||
Cawe-cawe
|
*
|
||
Cebol
|
*
|
||
Celingukan
|
*
|
||
Cemani
|
Warna
|
||
Cemplung
|
*
|
||
Cengkal
|
Ukuran
|
||
Ceplas-ceplos
|
*
|
||
Cetok
|
Perkakas
|
||
Ciblon
|
Permainan
|
||
Ciduk
|
*
|
||
Cikal bakal
|
*
|
||
Copot
|
*
|
||
Corong
|
*
|
||
Cukup
|
*
|
||
Cungkup
|
Rumah kubur
|
||
Dasa
|
*
|
||
Deg-degan
|
*
|
||
Dempul
|
*
|
||
Dengkul
|
*
|
||
Deragem
|
Warna
|
||
Digdaya
|
Tidak terlukai
|
||
Dombolong
|
*
|
||
Dower
|
*
|
||
Doyan
|
*
|
||
Dulang
|
*
|
||
Ecer
|
*
|
||
Edan
|
*
|
||
Emoh
|
Tidak mau
|
||
Enteng
|
*
|
||
Gambling
|
*
|
||
Gampang
|
*
|
||
Ganyang
|
*
|
||
Gawe
|
Pekerjaan
|
||
Gebrak
|
*
|
||
Gede
|
*
|
||
Gelontor
|
Menghanyutkan
|
||
Gembok
|
*
|
||
Gembos
|
*
|
||
Gerabah
|
Alat-alat dapur
|
||
Getok tular
|
*
|
||
Gingsul
|
*
|
||
Gondola
|
*
|
||
Gonjang-ganjing
|
*
|
||
Gono-gini
|
*
|
||
Gosong
|
*
|
||
Guci
|
*
|
||
Gudik
|
*
|
||
Irit
|
*
|
||
Jagabaya
|
Jabatan
|
||
Jagal
|
*
|
||
Jajan
|
*
|
||
Jelalatan
|
*
|
||
Joget
|
*
|
||
Jor-joran
|
Mengunggul-ungguli
|
||
Kadas
|
*
|
||
Kagok
|
Susah
|
||
Kalang kabut
|
*
|
||
Kapalan
|
*
|
||
Kayu
|
*
|
||
Kebaya
|
*
|
||
Kecipratan
|
*
|
||
Kejawen
|
*
|
||
Kelilipan
|
*
|
||
Kerasan
|
*
|
||
Kiprah
|
*
|
||
Legowo
|
Ikhlas; rela
|
||
Lembur
|
*
|
||
Lengser
|
*
|
||
Lugas
|
*
|
||
Lugu
|
*
|
||
Mangap
|
*
|
||
Manut-manutan
|
Patuh
|
||
Melek
|
*
|
||
Membopong
|
*
|
||
Menabok
|
*
|
||
Mencopet
|
*
|
||
Mendelik
|
*
|
||
Mendeprok
|
*
|
||
Mendompleng
|
*
|
||
Mengeyel
|
*
|
||
Menggendong
|
*
|
||
Menggeblak
|
Jatuh terlentang
|
||
Menggitik
|
Memukul
|
||
Mengutil
|
*
|
||
Menyunggi
|
Menjunjung
|
||
Merem
|
*
|
||
Mitra
|
*
|
||
Ngomong
|
*
|
||
Ngoyo
|
Memaksakan diri
|
||
Nyolong
|
*
|
||
Pakem
|
*
|
||
Pamong praja
|
*
|
||
Pamrih
|
*
|
||
Panu
|
*
|
||
Pemirsa
|
*
|
||
Perlu
|
*
|
||
Perot
|
Pencong; miring
|
||
Pesek
|
*
|
||
Pilek
|
*
|
||
Pondok
|
*
|
||
Pramugari
|
*
|
||
Prihatin
|
*
|
||
Rampung
|
*
|
||
Rangga
|
Pangkat
|
||
Rebutan
|
*
|
||
Rembuk
|
*
|
||
Rikuh
|
Malu-malu
|
||
Selentik
|
*
|
||
Selenting
|
*
|
||
Sembrono
|
*
|
||
Semburat
|
*
|
||
Sumeh
|
Murah senyum
|
||
Sungkan
|
*
|
||
Sungkan
|
*
|
||
Sungkawa
|
*
|
||
Surjan
|
*
|
||
Swasembada
|
*
|
||
Tampah
|
*
|
||
Tatakrama
|
*
|
||
Tepos
|
*
|
||
Terjungkal
|
*
|
||
Tiwul
|
Makanan dari gaplek
|
||
Tunanetra
|
*
|
||
Tunarungu
|
*
|
||
Tunawicara
|
*
|
||
Tuntas
|
*
|
||
Tutuk
|
Mengetuk
|
||
Udar
|
*
|
||
Unduh
|
*
|
||
Unek-unek
|
*
|
||
Unggah
|
*
|
||
Upeti
|
*
|
||
Urakan
|
*
|
||
Wajik
|
*
|
||
Wanti-wanti
|
*
|
||
Warsa
|
*
|
||
2
|
Bahasa Betawi
|
Ablag
|
Terbuka lebar
|
Acak
|
Tidak teratur
|
||
Adat
|
*
|
||
Ambek
|
Mengambek
|
||
Amen
|
Mengamen
|
||
Amprok
|
Dijodohkan
|
||
Anggur
|
Menganggur
|
||
Antup
|
Sengat
|
||
Apa
|
*
|
||
Bè’ol
|
Buang air besar
|
||
Bekoar
|
Berkata sombong
|
||
Bekutet
|
Terpaku
|
||
Belèpotan
|
*
|
||
Belingsatan
|
Tidak tenang
|
||
Belo
|
Mata besar
|
||
Bèncong
|
*
|
||
Bengal
|
*
|
||
Bengep
|
*
|
||
Bengok
|
Sakit pipi
|
||
Bènjol
|
*
|
||
Bènyèk
|
Lembek
|
||
Benyènyèh
|
Bernanah
|
||
Berabé
|
*
|
||
Berèndèng
|
*
|
||
Bèrèt
|
Baret
|
||
Bero
|
Hernia burut
|
||
Beser
|
Sering buang air kecil
|
||
Beset
|
Terluka
|
||
Betot
|
Menarik paksa
|
||
Bewok
|
Jambang
|
||
Bikang
|
Nama kue
|
||
Biku-biku
|
Pita kecil
|
||
Binal
|
*
|
||
Bodong
|
Pusar jambu
|
||
Bokè’
|
*
|
||
Bokong
|
*
|
||
Bokor
|
Mangkuk
|
||
Bongsang
|
Keranjang kecil
|
||
Bontot
|
Bungsu
|
||
Bopong
|
Membawa
|
||
Bruntusan
|
Bintil-bintil kulit
|
||
Budeg
|
Tuli
|
||
Budug
|
Penyakit kulit
|
||
Butut
|
*
|
||
Buyar
|
*
|
||
Cadel
|
*
|
||
Caling
|
Taring
|
||
Calo’
|
Perantara
|
||
Cangcut
|
Kancut
|
||
Cantol
|
*
|
||
Caplok
|
*
|
||
Caplok
|
*
|
||
Cèbok
|
*
|
||
Cecer
|
*
|
||
Celentang
|
Telentang
|
||
Centèng
|
*
|
||
Centil
|
*
|
||
Cermin
|
*
|
||
Cèwè
|
*
|
||
Cingcong
|
*
|
||
Cipok
|
*
|
||
Cowok
|
*
|
||
Cuèk
|
*
|
||
Dedengkot
|
Gembong
|
||
Dèking
|
Pelindung
|
||
Demek
|
Lembab
|
||
Demen
|
*
|
||
Doang
|
*
|
||
Dol
|
Longgar
|
||
Domplang
|
Roboh
|
||
Dong
|
*
|
||
Donga’
|
Menengadah
|
||
Duilah
|
Menyatakan kaget
|
||
Dumel
|
*
|
||
Èntot
|
*
|
||
Enyot
|
*
|
||
Èrèt
|
Memikat
|
||
Gaco’an
|
Pacar
|
||
Kecelé
|
Kecewa
|
||
Kopek
|
*
|
||
Ngaco
|
*
|
||
Nyèntrik
|
*
|
||
3
|
Bahasa Mingkabau
|
Balayan
|
Penyakit
|
Cabul
|
Porno
|
||
Cangap
|
Rakus
|
||
Cuduh
|
Waktu
|
||
Ganih
|
Warna
|
||
Kanceh
|
Kerdil
|
||
Kuririk
|
Jangkrik
|
||
Rangkiang
|
Bangunan
|
||
Saka
|
Pangkat
|
||
Sanjai
|
Panganan
|
||
Sansei
|
Sengsara
|
||
Uni
|
Kerabat
|
||
4
|
Bahasa Sunda
|
Anjangsana
|
Berkunjung
|
Anjun
|
Profesi
|
||
Aom
|
Gelar
|
||
Asoi
|
Menyenangkan
|
||
Bagong
|
Fauna
|
||
Caing
|
Ukuran
|
||
Calung
|
Seni
|
||
Corob
|
Penyakit
|
||
Gantar
|
Perkakas
|
||
Majikan
|
Tuan
|
||
Mendingan
|
Lebih baik
|
||
Paledang
|
Profesi
|
||
Teteh
|
Kerabat
|
||
5
|
Bahasa Madura
|
Berang
|
Perkakas
|
Dinaju
|
Gelar
|
||
6
|
Bahasa Aceh
|
Raweet
|
Aktivitas
|
7
|
Bahasa Batak
|
Libas
|
Pukul
|
Molek
|
Cantik
|
||
8
|
Bahasa Bali
|
Bangkung
|
Fauna
|
Guli
|
Ukuran
|
||
Mbok
|
Kerabat
|
||
Melasti
|
Upacara agama/adat
|
||
Pancawalikrama
|
Upacara agama/adat
|
||
9
|
Bahasa Sasak
|
Berugak
|
Bangunan
|
10
|
Bahasa Muna
|
Dahopi
|
Upacara agama/adat
|
11
|
Bahasa Kaili
|
Sibalaya
|
Flora
|
12
|
Bahasa Wamena
|
Saik
|
Flora
|
13
|
Bahasa Banjar
|
Anang
|
Gelar
|
Tanggui
|
Busana
|
||
14
|
Bahasa Tolaki
|
Metai-tai
|
Permainan
|
Osara
|
Jabatan
|
||
15
|
Bahasa Toulour
|
Sangadi
|
Jabatan
|
16
|
Bahasa Lampung
|
Cudang
|
Perabot
|
17
|
Bahasa Kamoro
|
Pekoro
|
Perabot
|
18
|
Bahasa Sumbawa
|
Berang
|
Senjata
|
19
|
Bahasa Using
|
Lancur
|
Senjata
|
20
|
Bahasa Bauzi
|
Dao
|
Senjata
|
21
|
Bahasa Asmat
|
Ces
|
Senjata
|
22
|
Bahasa Sasak
|
Kecimal
|
Seni
|
23
|
Bahasa Minahasa
|
Ambal
|
Penganan
|
24
|
Bahasa Bugis Makassar
|
Barangko
|
Penganan
|
Rincara
|
Transportasi
|
||
Sope
|
Transportasi
|
||
25
|
Bahasa Pulo Wakatobi
|
Paksangko
|
Busana
|
26
|
Bahasa Mandar
|
Boko
|
Busana
|
27
|
Bahasa Waropen
|
Sawado
|
Transportasi
|
28
|
Bahasa Gayo
|
Cengkung
|
Aktivitas
|
Keterangan: *) Makna yang sudah
lumrah dalam bahasa Indonesia.
Website: